In The Name of ALLAH

Desember 13, 2010

Dannieta #1

January 1st, 2000





















Seorang wanita berusia 32 tahun tengah merintih kesakitan. Keringat berlomba menuruni dahinya. Ia bernafas naik turun. Begitu cepat. Ia tak kuasa mengeluarkan suara. Sakit yang dirasakannya tak kunjung usai. Perutnya yang buncit tak lepas dari sentuhan jari-jarinya. Lelaki yang berdiri di sampingnya kini beranjak mengambil telefon dan memencet beberapa tombol. Tak kuasa melihat istrinya yang kesakitan, ia pun menitihkan air mata.
"Sabar sayangku"

Selang beberapa menit kemudian, seorang wanita dengan tas di tangannya datang dengan tergesa-gesa menghampiri si wanita yang kesakitan. Dengan cekatan wanita berjubah putih itu mengeluarkan berbagai alat yang akan digunakannya dalam proses persalinan yang dipastikan sebentar lagi akan berlangsung.
Lelaki yang sedari tadi menampakkan kecemasan diwajahnya kini tidak beranjak dari samping istrinya. Menggenggam dan menyemangati istrinya.


"eeeaaaaaa !!! ngngeeeaaaaaa !!!"
suara yang keras dari mulut mungil itu terdengar nyaring. air mata kini membanjiri pipi pasangan suami istri itu. Nusaibah dan Hasan. Mereka kini menjadi orang tua. Sadar akan hal itu, tangis haru dan kebahagiaan semakin deras mengalir di pipi Nusaibah. Rasa haru tak kalah dari diri Hasan. Seakan semua harta benda rela dilepaskannya demi seorang malaikat kecil dihadapannya ini.


Segera setelah si bayi dibersihkan dan diselimuti dengan kain yang penuh dengan kehangatan dari orang tuanya, Hasan mengumandangkan iqamat ke telinga bayi mungil yang kini ada di timangannya.
"allahuakbar allahuakbar . . asyhadualla ilaha illallah . . ashaduanna muhammadarrasulullah . . hayyalasshala . . hayyalalfalakh . . qadqamatissalah . . qadqamatissalah . . allahuakbar allahuakbar . . laa ilaha illallah . . "
kembali air mata menitih dari mata hasan. Kini diikuti oleh tangis haru ibu dokter dan Nusaibah.

***

Nusaibah : "Imaaa !!! ayoo sarapaan. Jangan sampai kamu terlambat lagiii. Imaaa . . !!!"
Nusaibah mengerahkan tenaganya untuk memanggil putri semata wayangnya untuk sarapan. Nusaibah tidak akan membiarkan anaknya terlambat untuk ke empat kalinya. Ya, setelah yang ketiga kali mereka diberikan surat dari sekolah.
Hasan : "Umi, kenapa berteriak seperti itu. Nanti tetangga juga datang. Ya, kalau umi punya makanan yang cukup untuk tetangga ya alhamdulillah. tapi kalau tidak cukup ya umi yang repot. hahhah."
kata Hasan menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. Setelah putrinya Fatimah masuk sekolah, teriakan Nusaibah makin sering terdengar.
Nusaibah : "Abi ini!" kata nusaibah cemberut.


Tak lama kemudian Ima datang berlari dengan tas yang kini sudah dipunggungnya. Tak ada wajah cemas akan keterlambatan diwajahnya. Ia tersenyum dan duduk disamping abinya.
Ima : "assalamu alaikum umi . . abii . .! Ima yakin hari ini tidak akan terlambat" kata ima yakin lalu mengambil sepotong roti.
Nusaibah : "iyya-iyya. makanya lain kali kalau sudah shalat subuh jangan tidur lagi. kalau ima terlambat kan umi dan abi yang repot"
Ima : "abi repoot??" tanya ima polos kepada abinya.
Hasan hanya tertawa mendengar pertanyaan anaknya itu. Sementara Nusaibah geleng-geleng.

Begitulah sedikit rutinitas yang dilalui Hasan dan Nusaibah pasca kelahiran putri tunggalnya Dannieta Nameera Hasan.









To be continued . .

Tidak ada komentar: